Nie Post Untuk Anak Muda Zaman Sekarang ni cocoknya..
oke langsung aja , ni tahap-tahapnya:
Tahap 1, Pre-Kontemplasi
Ini adalah masa di mana perokok beranjak dari tidak mengetahui bahaya merokok (atau tidak peduli) ke kondisi mulai memikirkan efek negatif dari merokok atau efek positif dari berhenti merokok. Pada tahap ini, perokok masih merasa bahwa efek negatif rokok hanya akan berefek pada orang lain dan bukan pada dirinya, sehingga merasa aman untuk merokok. Belum ada yang tahu tingkat kesiapan perokok untuk berhenti, bahkan mungkin termasuk si perokok itu sendiri (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Apa yang bisa dilakukan: Berikan terus informasi mengenai bahaya merokok atau nilai plus dari berhenti merokok. Dengan banyaknya informasi, diharapkan ada pengetahuan yang dapat menyentuh si perokok secara emosi sehingga dia tergerak untuk menyusun rencana berhenti merokok. Ada baiknya juga untuk mulai memonitor dan memupuk kesiapan perokok untuk berhenti (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Tahap 2, Kontemplasi
Pada tahap ini, perokok sudah menyadari bahaya merokok dan mulai berniat untuk berhenti. Tantangan yang dihadapi oleh perokok adalah emosi negatif yang timbul karena pilihan untuk meninggalkan kegiatan yang ia senangi (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Apa yang bisa dilakukan: Keluarga atau terapis harus bisa mengajak perokok untuk fokus ke efek positif yang didapatkan dari berhenti merokok. Ajak juga perokok untuk mengenali hal-hal yang bisa menghalanginya berhenti merokok, seperti, kurangnya motivasi, teman-teman kantor yang merokok, dan lain-lain (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Tahap 3, Persiapan
Pada tahap ini, persiapan spesifik sudah mulai dibuat. Misalnya, tanggal berapa perokok akan mulai menyetop sama sekali konsumsi rokok, obat atau pengganti nikotin apa yang akan dipakai untuk mengurangi perasaan “nagih”, mulai menyingkirkan asbak atau barang-barang lain yang mengingatkan pada rokok, dan lain-lain.
Perokok juga sudah mulai bisa untuk mengurangi konsumsi rokok atau mengganti rokoknya dengan merk yang lebih ringan. Melakukan perubahan bertahap akan lebih mudah daripada secara drastis berhenti membeli dan menghisap rokok (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Apa yang bisa dilakukan: Keluarga bisa mendukung perokok dengan menghafal program-program yang dibuat dan mendukungnya dengan konkrit, memastikan tingkat konsumsi rokoknya sudah mulai menurun, menyebarkan kabar bahwa si perokok sedang mencoba berhenti sehingga tidak ada yang mengajaknya merokok, mendiskusikan cara untuk menghindari atau menghadapi hal-hal yang mengingatkan pada rokok, ikut menentukan tanggal berhenti (misalnya, pada hari ulang tahun si perokok) dan lain-lain (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Tahap 4, Aksi
Pada tahap ini, perokok sudah berhenti mengonsumsi rokok. Kecanduannya bisa “dijinakkan” dengan koyo nikotin atau obat seperti bupropion yang dosisnya juga makin lama makin diturunkan. Pada tahap ini, perokok sangat membutuhkan dukungan. Minimal, satu minggu sekali harus ada sesi yang membicarakan keberlangsungan proses berhenti merokoknya. Perokok harus fokus kepada efek positif yang didapatkan sejak berhenti merokok (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Yang bisa dilakukan: Mencarikan grup orang-orang yang sedang berhenti merokok untuk memberi dukungan, ikut datang dalam pertemuan grup tersebut, mencarikan bantuan profesional (psikolog atau terapis) jika tidak ada support group, mengajak perokok untuk melakukan aktifitas yang dapat membuat lupa tentang rokok, dan banyak lagi (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Tahap 5, Bertahan atau Kembali Merokok
Tahap ini adalah masa pengujian di mana perokok sudah mulai menjalani “kehidupan baru”-nya sebagai mantan perokok dengan mandiri. Mantan perokok sudah harus bisa mengalahkan godaan tanpa bantuan orang lain. Penggantian zat kimia pengganti rokok sudah dihentikan. Yang dimiliki mantan perokok hanyalah dukungan dari psikolog, keluarga atau support group dan motivasi untuk hidup lebih sehat. Kini, si mantan perokok akan melihat apakah ia sanggup bertahan dari rokok atau kembali ke jeratan rokok (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Yang bisa dilakukan: Ikut memberi semangat kepada mantan perokok, memberikan pujian atau hadiah tiap mantan perokok dapat bertahan selama waktu tertentu (misalnya, tiap bulan) dan tidak terlalu menekan andaikata mantan perokok sesekali menyalakan rokok.
Jika merokok kembali menjadi rutinitas (relapse), keluarga dan teman bisa membantu dengan mengecek apa yang salah dari tahapan-tahapan sebelumnya, mengecek kembali tingkat kesiapan berhenti merokok si pasien dan mengajak perokok untuk memulai kembali tahapan-tahapan berhenti merokok. Keluarga perokok juga harus menyadari bahwa kadang memerlukan beberapa kali pengulangan proses berhenti merokok ini sampai akhirnya perokok bisa stop secara permanen (Zimmerman dkk., 2000; Mallin, 2002).
Itu Aja Yang Bisa Saya Sampaikan, So! Tunggu apa lagi Jauhi Rokok Itu Dari Sekarang!
0 comments:
Post a Comment
-Berkatalah yang Baik Dan Sopan.